Dari hasil survey saya selama ini, ngga deng, yang bener tuh dari hasil
tanya-tanya selama ini ke teman-teman, mereka ogah dengan yang namanya
Long Distance Relationship. Alasannya?
“Kalo aku kangen, terus pengen ketemu dia, pengen di deket dia, kan ngga
bisa, Hel! Lagian pasti tiap malam minggu, sendiri. Iri dong liat yang
lain.”
Salah satu jawabannya itu tuh.
“Nope! Bullsheet dengan yang namanya LDR (baca: Long Distance
Relationship). Penuh dengan kemunafikan! Paling lama kemarin itu setahun
aku ngejalaninya.”
Nah, komentar pertama itu adalah komentar dari teman saya yang usianya
20 tahun. Maklum berondong, Bo’! Sedangkan yang si narasumber yang kedua
sepertinya pernah kecewa dengan hubungan jarak jauh ini.
Setiap orang punya opini masing-masing baik itu berdasarkan
pengalamannya ataukah hanya dari perasaannya saja. Tidak dilarang kok!
Lalu, bagaimana dengan mereka yang sedang menjalaninya? Bagaimana mereka
bisa bertahan (apalagi mau Valentine’s Day ya, Bo’! Hehe).
Iri melihat pasangan lain yang mungkin bisa berduaan [di hari yang
disebut-sebut sebagai Hari Kasih Sayang dan penuh cinta itu?] Hmm..
Menurut saya itu bukanlah masalah.
Malah hal tersebut bisa menjadi bahan pelajaran untuk menerapkan
pengendalian diri. Belajar bahwa suatu ‘kemesraan’ itu tidak hanya
didapat dari kedekatan fisik.
Lagian, jarak dan waktu bukanlah halangan lagi saat ini. Ada telepon,
handphone, SMS, chatting-an, webcam, dan sebagainya. Sekarang tinggal
kitanya – bagaimana bisa membuatnya begitu menyenangkan!
Lalu komentar yang kedua. Kecewa dengan yang namanya pacaran jarak jauh
yang katanya dipenuhi oleh kebohongan, ketidaksetiaan dan kemunafikan!
(Tiga kata yang sebenarnya sama aja maknanya. Hehe) Justru ketiga inilah
yang perlu diperbaiki. Kalau orangnya memang ngga’ sanggup dan
kebetulan emang tukang selingkuh, gimana pun bakal ngga‘ akan bertahan.
Jadi, apa kiatnya supaya sukses menjalin hubungan jarak jauh? Sama
halnya seperti pacaran pada umumnya: komunikasi, kesetiaan [kejujuran]
dan saling percaya.
Komunikasi juga bukan komunikasi asal-asalan dan bahkan kadang percakapannya menjurus ke hal-hal negatif.
Yang ada ntar kayak phonesex, cybersex, dan lain-lain. Walau tidak
dilarang untuk bersikap mesra sewaktu mengobrol, tapi ingat! Jangan
sampai mendominasi pembicaraan. Bukankah lebih bahagia jika kita bisa
memecahkan suatu masalah bersama-sama walau berjauhan, dan banyak lagi
percakapan membina lainnya.
Kesetiaan, kejujuran dan saling percaya. Ini nih masalah yang lain lagi.
Kerap kali terjadi bahwa salah satu pasangan (atau mungkin keduanya)
saling curiga.
Pertanyaan yang ada adalah sebagai berikut:
Kamu dimana?
Dengan siapa?
Semalam berbuat apa?
Lagu siapa itu ya? Hihihi. Salah satu pihak akhirnya merasa terlalu dikekang. Kening pun selalu mengernyit.
Oke. Sekarang saatnya untuk menerapkan! Cuma itu jalan satu-satunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar